THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 03 Februari 2011

Imlek

Tahun 2011 Imlek jatuh pada hari Kamis 3 Peb. Rabu malam saya, suami, Dela (anak ke dua) pergi ke rumah keluarga besar di Jl. Ciheudeung. Disana sudah berkumpul 5 kakak suami dan anak serta cucu yang bisa datang. Ejekan dalam hati saya melihat bahwa yang mengumpulkan kami adalah kakak perempuannya yang no 3. Dalam tradisi Cina (apalagi ke"cina" an suami lebih kental dari ke "cina"an saya) sangat menghargai tinggi anak laki2 pertama dalam keluarga. Yang terjadi di keluarga suami sungguh ironis. Laki2 yang harusnya menjadi perwakilan orangtua mereka yang sudah meninggal, malah tidak hadir di acara itu. Saya secara pribadi memang SANGAT TIDAK MENYUKAI kakak laki2 suami yang paling besar. Namanya SALIM SUGANDA. Sangat jauh dari sikap sebuah tanggung jawab untuk setiap perilaku dan tindakannya. Coba bayangkan, adiknya yang perempuan-lah yang mengajak makan malam bersama. Syukur pada Tuhan bahwa suami memiliki anugrah dari Tuhan yaitu diberikannya seorang kakak ipar laki2 yang kaya, baik, mau menerima keluarga istri yang berantakan secara tulus. Sehingga DIA lah yang menjadi tuan rumah pada setiap malam Imlek. Iparnya itu bernama LIM TUNG LIONG. Sangat berantakan jika saja tidak ada cihu. Tapi mungkin juga seandainya suami tidak punya cihu sebaik dia, saya tidak akan merasa terperangkap dalam pernikahan ini. Hahahaaaaaa. Karena keluarga saya akan tahu dengan benar, bahwa kekayaaan yang ada pada nama besar TRIJAYA adalah semu, karena yang kaya adalah iparnya itu. Tetapi karena sikap low profile dari cihunya ini malah menjadikan meningkatnya kesombongan kakak2nya. Menjadikan kekayaan si cihu adalah kekayaan mereka. Hahahahaaaaa.
Besoknya pas Imlek, ketika datang ke rumah kakak laki2 aku, ada lagi kejengkelan yang lain. Wan Cien dengan seenaknya mengatakan bahwa lokasi SMAK Tasikmalaya memancing penyakit kanker. Dengan mempunyai bukti hanya dua orang anak yang bersekolah di sana terkena penyakit kanker dan sekarang masih dalam usaha pengobatan di Singapura. Saya jengkel sangat mendengar dia mengatakan itu di hadapan anak yang pertama yang akan masuk sekolah di sana pada tahun ini. Anak yang memang mempunyai sifat sombong (turunan banyak dari suami) seenaknya saja menimpali infomasi tersebut dengan mengatakan:" tah mah kudunya ke Bandung". Heran saya dengan anak2 perempuan saya yang sangat tidak menyadari posisi keuangan ayah mereka, yang secara harwiah tidak memiliki warisan. Karena keserakahan oom mereka sendiri. Salim Suganda memang tidak pernah merasa harus membagi jatah warisan dengan adik2nya. Saya saja yang hanya anak angkat punya warisan, masa anak kandung tidak punya? Miskin sekali kan mertua saya itu? Jika saja tahu dari dulu, ngak bakalan saya menikah dengan suami. Hahahhahaaaaa. Karena saya kan tidak jelek2 amat, jadi untuk mendapatkan laki2 yang "berduit" rasanya tidak terlalu sulit. Uihhhh sombongnya. Percaya diri tahu!!!!!! hahahhahahhaaaa.
Kejengkelan saya pada kakak laki2 sendiri memicu ucapan sumpah serapah dalam hati, yang keluar dari mulut saya adalah "kematian memang akan dialami oleh semua orang", jadi ya terserah Tuhan saja. Mereka yang sekarang anak2nya terkena kanker adalah orang2 yang secara financial mampu. Secara moral pada sesama? Masih suatu pertanyaan besar. Penyakit tidak datang hanya karena kita salah pola makan atau lingkungan yang buruk saja, tetapi Tuhan banyak pula melibatkan diri. Kenapa kita selalu berusaha mendapatkan MUJIZAT, jika kita percaya bahwa hidup dan mati adalah HAK PREROGATIF TUHAN? Pada zaman ini, ketika kiamat sudah sangat sering diramalkan, diperbincangkan, kita sebagai manusia haruslah mampu menyadari bahwa ada waktunya untuk mati. Tuhan tidak akan memberi penyakit yang serius jika ada banyak tugas yang memang harus kita lakukan di dunia sebelum kita mati. Melihat banyaknya kasus kanker yang menimpa manusia belakangan ini, saya mencoba untuk memahami KEHENDAK TUHAN. Di dalam setiap bacaan Alkitab, saya melihat bahwa Tuhan memang mempersiapkan manusia untuk hal yang baik dan buruk. Seperti di semua ciptaanNYA, Tuhan menunjukkan dua hal. Ada siang dan malam. Darat dan Laut. Kehijauan dan Padang gurun. Yang baik seperti Habel, jahat seperti Kain. Ada kaya ada miskin. Ada yang beriman seperti Ayub yang tetap dicobai Tuhan, bahkan Tuhan Yesus sendiri dicobai oleh setan. Jadi disini saya belajar untuk mengiklaskan kehendak Bapa di Surga. Jika memang penugasan saya sudah selesai saya pasti harus mati. Demikian juga dengan anak2 saya. Apalagi dengan konsep bahwa perbuatan kita akan mendatangkan karma bagi diri kita, pastilah penyakit itu datang bukan hanya semata-mata lingkungan dan pola makan. Tapi dari setiap tindakan dan ucapan kita pada sesama.

Selasa, 01 Februari 2011

Tanggung jawab seorang ayah

Pagi ini saya memulai dengan kesumpekan perasaan. Jengkel bahwa laki2 yang saya nikahi ternyata kurang respek bersikap sebagai seorang ayah. Dari Sabtu tgl 29 Jan 2011 anak laki2 saya flu, badannya rada panas. Saya seperti biasa merawat dia semalaman. Minggu pagi kondisinya membaik. Hanya karena pileknya tidak keluar, saya membawanya ke dokter. Minta obat yang membuat pileknya keluar. Anak itu juga diberi antibiotik. Masuk ke hari Selasa flunya masih ada, juga batuknya. Suami menganjurkan agar dia memakan obat dari Dr.Kelly. Tapi anaknya tidak mau. Saya benar2 diambang kepusingan yang entah mengapa saya rasakan akan sulit untuk diakhiri. Ahhhhhh, bukan karena anak yang sering sakit yang membuat saya jengkel. Bukan pula kondisi keuangan yang membuat saya pusing. Tapi lebih pada sikap, perbuatan dan bicara suami yang jauh dari simpati, atau sikap menyenangkan dalam hal mengelola perasaan orang lain. Rasanya bosan dengan pernikahan ini. Mungkin jika anak2 besar, saya berniat untuk bercerai. Dengan sifat suami yang seperti ini, saya pesimis bahwa dia akan berubah.