THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 14 Mei 2010

Tentang Orang Tua Adopsi

Ke dua orang tua adopsi saya bernama Joshua Henky Kusnadi dan Diana Chandra. Seharusnya mereka mempunyai anak kandung 3, laki-laki semua. Tetapi, Tuhan berkehendak lain. Ke 3 anak mereka meninggal sejak dari kandungan. Yang pertama lahir diusia 4 bulan di dalam kandungan, tahun 1972. Diberi nama Jusak. Setelah itu tahun 1978 mamie hamil lagi, dan karena mempunyai pengalaman yang menyedihkan pada anak pertama, mamie dirawat hampir 4 bulan di RS Borromeus Bandung. Hanya Tuhan tetap tidak mengijinkan mereka mempunyai anak kandung, bayi itu ketika lahir terlilit tali ari-arinya sendiri di bagian leher, sehingga meninggal. Sungguh hal yang berat yang dipikul oleh mamie dan papie. Bayi itu dimakamkan berdekatan dengan anak mereka yang pertama. Anak ke 2 diberi nama Yohanes. Tahun 1982 kembali mamie keguguran. Anak itu diberi nama David. Sekarang ke 3 makam anak-anak mamie setiap bulan selalu saya tengok. Di makam mereka, saya selalu mengajak agar mereka datang ke rumah mamie. Menengok ibu mereka. Saya juga katakan pada mereka, betapa saya ingin memberikan kebahagiaan pada mamie. Meminta mereka membantu doa saya agar saya diberi kesempatan dan kemampuan ekonomi untuk menyenangkan mamie selama hidup di dunia. Di tahun yang sama, akhirnya mamie dan papie mengadopsi kembali 1 anak laki-laki yang berasal dari Semarang. Sebenarnya anak laki-laki itu tidak akan diadopsi oleh mereka, tetapi mereka ditawari oleh kakak perempuan papie yang berdomisili di Cirebon. Anak itu diberi nama Benyamin. Sekarang Ben sudah menikah.

Kamis, 13 Mei 2010

Masa Kecil Yang Menyenangkan

Saya benar-benar mempunyai kenangan yang indah di masa kecil. Walau sebagai anak adopsi kasih sayang yang saya terima sangat besar, bahkan mungkin lebih besar dari anak-anak biologis. Alm papie bernama Joshua Henky Kusnadi. Ahhh sayang sekali, kesadaran saya belum tumbuh sebaik sekarang ketika papie hidup. Penyesalan ada di dada saya. Tetapi dengan intuiti yang saya miliki, saya tahu papie sudah memaafkan segala kedosaan saya. Papie sudah bahagia di surga. Doa saya, suatu hari nanti ketika sang kakala berbunyi untuk saya, saya boleh bertemu kembali dengan papie di surga. Amin. Menulis tentang papie, air mata pasti menetes. Walau tahu bahwa papie sudah memaafkan saya, rasa penyesalan bahwa saya belum mampu mengembalikan semua kebaikkannya, tetap tersimpan di hati ini. Saya diadopsi semenjak lahir. Saya, menurut cerita yang bisa dipercaya, tidak diharapkan oleh nenek dari pihak ibu biologis. Saya dianggap membawa sial di rumah tangga orang tua. Karena ketika dikandung sampai dilahirkan, keretakan rumah tangga mereka tidak bisa dipertahankan. Berjenis kelamin perempuan, membuat saya semakin tidak berarti di hadapan keluarga biologis. Tentunya cerita itu membuat banyak dampak pada prinsip hidup pada masa sekarang. Berjalannya waktu, semakin mendewasakan diri saya, dan untungnya, mujizat terjadi semenjak saya dilahirkan. Saya yang lahir dengan kondisi yang memprihatikan, karena mama ketika melahirkan saya dalam kondisi tidak sehat badan dan bathin, besar dengan kemampuan IQ yang sangat baik. Menjadi juara, walau tidak selalu juara pertama, tetapi menjadi 3 besar selalu bisa saya raih. Padahal, seiring kemampuan berpikir yang saya miliki, seharusnya saya ini bodoh. Karena semenjak dari kandungan saya tidak pernah dirawat dengan baik. Terpujilah Tuhan. Oleh karena itu, ketika banyak manusia lain berharap tentang mujizat yang nyata, saya sudah mengalaminya dari lahir. Sekarang saya tidak merasa iri dengan melihat orang lain. Saya mampu bersyukur untuk hidup yang saya alami. Jika anak lain tidak pernah di ulang tahunkan, saya malah selama 17 tahun selalu ulang tahun. Padahal, saya anak adopsi an. Betapa hebatnya

Kamis, 06 Mei 2010

Catatan Ke 2 tentang Kakak Perempuan

Meylia pernah saya bawa ke dokter psikolog. Pertamanya dia menolak karena dia menganggap bahwa dengan pemeriksaan ke dokter psikolog orang lain akan menganggap dia orang gila. Sulit memang menerangkan tentang fungsi dokter psikolog pada orang-orang yang terbatas pengetahuannya. Jangankan pada Meylia, orang lain pun ada yang beranggapan bahwa hanya orang yang sakit jiwa yang perlu psikolog. Di kota kecil memang pengertian tentang ilmu-ilmu yang membutuhkan waktu relatif lama dalam penyembuhan agak sulit diterima. Masalahnya keuangan. Karena biaya konsultasi yang tidak murah, tidak menghasilkan sesuatu yang langsung sembuh. Karena itu dokter psikolog di kota Tasikmalaya belum memasyarakat. Kembali pada Meylia, dia akhirnya bisa saya ajak ke Bandung, bertemu dengan dr. Dewi Kumaladewi Psi di apotek Medika Antapani. Setelah perbincangan dengan Meylia, saya diajak berbincang oleh Ibu Dewi, dan dari perbincangan tahulah saya bahwa Meylia mempunyai keterbatasan IQ yang pas-pasan. Pantasan dia sering tidak naik kelas. Keterbatasan itu dia turunkan ke anak-anaknya.Tapi kedatangan Meylia ke sana tidak berlanjut dengan komunikasi selanjutnya. Kembali ke dr. Dewi setelah mama biologis meninggal. Dan ternyata dia semakin parah kondisi kejiwaannya. Bahkan dokter sudah menganjurkan konsultasi ke psikiater dan Meylia sudah direkomendasi untuk mengkomsumsi obat penenang. Dan ternyata hasil diagnosa tersebut saya rasakan langsung ketika dalam perjalanan pulang ke Tasikmalaya. Dari Nagreg sampai Tasik dia teriak-teriak dan histeris. Ihhhh, sungguh pengalaman yang tidak ingin saya alami lagi. Saking stressnya, saya yang duduk di depan dan ac yang cukup dingin tidak mampu membuat saya nyaman, malah menjadikan badan panas berkeringat. Meylia memang ingin dikasihani, tetapi cara dia menunjukkan keinginan dikasihani menurut saya salah. Saat tulisan ini di buat saya belum menemukan cara untuk membantu dia keluar dari masalahnya.

Selasa, 04 Mei 2010

Cerita tentang Kakak Perempuan bagian I

Saya mempunyai kakak laki2 bernama Yonathan Lioes, dan kakak perempuan bernama Meylia Devita. Mereka berdua besar di lingkungan keluarga biologis, berbeda dengan saya yang diadopsi orang lain. Yang pertama menikah adalah kakak perempuan. Suami pertamanya adalah seorang pengusaha. Dari pernikahan itu dia mempunyai 2 anak, laki dan perempuan. Tetapi, usia pernikahan mereka tidak lama, mereka bercerai. Masalahnya klise, kakak perempuan saya tidak cocok dengan ibu mertua. Suaminya tidak bisa meninggalkan sang ibu. Akhirnya mereka bercerai. Di kacamata saya, mantan suaminya orang baik. Hanya kondisi dimana suaminya adalah anak terkecil, membuat dia harus tetap bersama ibunya untuk menjaga kesehatan sang ibu yang sudah sepuh. Kakak saya tidak bisa menerima kenyataan tsb. Sampai saat saya menulis cerita ini, mantan suaminya tidak menikah lagi. Bagaimana dengan 2 anak dari pernikahan mereka? Anak-anak itu hidup dengan kakak perempuan saya dan ibu biologis saya. Kakak saya bukan seorang ibu yang bisa mendidik anak-anaknya. Anak-anaknya tidak pandai di sekolah. Sepertinya mereka cenderung menmiliki IQ yang terbatas. Saya tidak tahu persis bagaimana kehidupan selanjutnya Meylia. Yang saya tahu beberapa tahun kemudian dia menikah lagi dengan seorang laki-laki bernama Robby. Dengan laki-laki ini dia memiliki 4 anak. 2 anaknya malah satu angkatan sekolah dengan anak-anak saya. Masalah bertambah dengan menikahnya Meylia pada Robby. Robby adalah laki-laki yang tidak bisa membawa kebahagiaan pada keluarga besar biologis saya. Di mata keluarga Robby adalah sebuah malapetaka. Tetapi di mata Meylia justru sebaliknya. Dan sebuah kekacauan pun secara berkala dan terus menerus terjadi di dalam kehidupan keluarga. Pada suatu hari, tepatnya saya lupa, saya diajak ke kantor polisi oleh kakak laki-laki karena Meylia mengancam akan bunuh diri masssal dengan suami dan ke 4 anaknya. Di kantor polisi dibahas rencana untuk mengetuk pintu rumah Meylia. Jujur, pada waktu itu saya tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.Informasi yang saya peroleh sangat terbatas dan terpotong-potong. Pergi ke kantor polisi itu bersama dengan seorang ibu guru privat anak-anak Meylia, Ibu Heri, beliau juga mendapat pesan sms tentang rencana bunuh diri. Tidak ada hasil yang baik dari kantor polisi itu. Saya pulang dengan kebingungan, untuk apa saya ikut ke kantor polisi? hahaha. Ternyata niat bunuh diri ini terjadi karena Robby terlibat piutang yang sangat besar pada beberapa pihak. Meylia tahu kakak laki-lakinya adalah seorang milyuner yang mampu melunasi utang-utang itu. Dan mengancamlah dia untuk bunuh diri agar dikasihani. Robby, memang laki-laki yang sangat tidak tahu diri. Entah dipakai apa uang yang ratusan juta itu. Dia seorang penipu yang mampu membungkus kepala serigalanya dengan wajah malaikat di hadapan Meylia.

Mama Biologis Menginggal Dunia

Sore itu, jam 5.30, di hari Sabtu 17 April 2010, hp saya berdering. Berita dari suster yang merawat mama di rumah sakit Immanuel Bandung mengabarkan bahwa mama telah meninggal dunia. Terpujilah nama Tuhan. Saya langsung meminta pada suster untuk mendekatkan hp dia di telinga mama agar saya bisa mengucapkan permintaan maaf dan ucapan selamat jalan. Sebagai anak yang tidak dibesarkan olehnya saya sama sekali tidak mempunyai rasa dendam atau amarah pada beliau. Saya menyadari bahwa pasti ada hal-hal yang menyebabkan saya tidak dibesarkan sendiri oleh mama. Saya sudah menerima apapun alasan itu dengan lapang dada. Hal tsb saya katakan pada hari Rabu, 14 April 2010, juga melalui telepon selular suster. Padahal pada Minggu 11 April 2010 saya menengok mama bersama suami dan anak pertama, saya tidak ada ide untuk mengatakan langsung pada telinga mama. Waktu itu saya hanya mengatakan bahwa mama agar cepat sembuh sehingga saya bisa mengajak beliau jalan-jalan di mall. Seperti yang mengerti mama meng "hem" kan. Ide untuk mengatakan hal di atas berasal dari seorang teman, bernama Yenny, yang bekerja di Sequis Life. Saya bersyukur bahwa saya iklhas diberikan pada orang lain sempat saya katakan pada mama, walau lewat telepon. Mama sudah sakit sejak 5 tahun lalu. Kondisi sakitnya dimulai dari kulit yang terluka. Mama memang punya diabetes. Tetapi mama tidak sampai diamputasi, karena kulit mama mengering. Tetapi kondisi tubuh mama semakin lemah, sampai mama tidak mampu berdiri. Dan mama benar-benar tergolek di tempat tidur. Pada hari Rabu, 7 April 2010 mama di bawa ke Bandung karena tidak mau makan. Mama 11 hari di RS Immanuel.Pada Sabtu 17 April 2010 itu jam 7 malam bersama kakak laki-laki dan 2 sepupu kami berangkat membawa mobil jenasah ke Bandung. Sesampai di RS, saya langsung melihat jenasah mama.Saya kembali meminta maaf dan ucapan selamat jalan. Saya berlutut di tepi kasur, berdoa untuk kedamaian mama dan juga keinginan saya agar di dalam menjalani hidup, saya pun diberi kemampuan untuk menjadi seorang ibu yang baik bagi ke 3 anak yang Tuhan titipkan pada saya.Kembali ke Tsm jam 2 dini hari. Jam 3 saya pulang ke rumah, istirahat, karena jam 7 pagi saya harus menjemput kakak perempuan dan anak-anaknya. Sungguh bukan hal menyenangkan untuk menceritakan ttg kakak perempuan ini. Dia benar-benar jadi benalu bagi kakak laki-laki.Di lain bagian, saya akan membahas ttg keluarga biologis inti lebih panjang.Kembali pada alm mama biologis, setelah doa penutupan peti jenasah jam 9 pagi, keluarga menentukan jadwal penguburan pada hari Rabu, 21 April 2010 jam 9 pagi.