THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 06 Mei 2010

Catatan Ke 2 tentang Kakak Perempuan

Meylia pernah saya bawa ke dokter psikolog. Pertamanya dia menolak karena dia menganggap bahwa dengan pemeriksaan ke dokter psikolog orang lain akan menganggap dia orang gila. Sulit memang menerangkan tentang fungsi dokter psikolog pada orang-orang yang terbatas pengetahuannya. Jangankan pada Meylia, orang lain pun ada yang beranggapan bahwa hanya orang yang sakit jiwa yang perlu psikolog. Di kota kecil memang pengertian tentang ilmu-ilmu yang membutuhkan waktu relatif lama dalam penyembuhan agak sulit diterima. Masalahnya keuangan. Karena biaya konsultasi yang tidak murah, tidak menghasilkan sesuatu yang langsung sembuh. Karena itu dokter psikolog di kota Tasikmalaya belum memasyarakat. Kembali pada Meylia, dia akhirnya bisa saya ajak ke Bandung, bertemu dengan dr. Dewi Kumaladewi Psi di apotek Medika Antapani. Setelah perbincangan dengan Meylia, saya diajak berbincang oleh Ibu Dewi, dan dari perbincangan tahulah saya bahwa Meylia mempunyai keterbatasan IQ yang pas-pasan. Pantasan dia sering tidak naik kelas. Keterbatasan itu dia turunkan ke anak-anaknya.Tapi kedatangan Meylia ke sana tidak berlanjut dengan komunikasi selanjutnya. Kembali ke dr. Dewi setelah mama biologis meninggal. Dan ternyata dia semakin parah kondisi kejiwaannya. Bahkan dokter sudah menganjurkan konsultasi ke psikiater dan Meylia sudah direkomendasi untuk mengkomsumsi obat penenang. Dan ternyata hasil diagnosa tersebut saya rasakan langsung ketika dalam perjalanan pulang ke Tasikmalaya. Dari Nagreg sampai Tasik dia teriak-teriak dan histeris. Ihhhh, sungguh pengalaman yang tidak ingin saya alami lagi. Saking stressnya, saya yang duduk di depan dan ac yang cukup dingin tidak mampu membuat saya nyaman, malah menjadikan badan panas berkeringat. Meylia memang ingin dikasihani, tetapi cara dia menunjukkan keinginan dikasihani menurut saya salah. Saat tulisan ini di buat saya belum menemukan cara untuk membantu dia keluar dari masalahnya.

0 komentar: