THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 17 Maret 2010

Anak Terkecil Yang Menjadi Anak Pertama

Dari pertemuan itu, tahulah saya bahwa saya anak yang lahir sebagai anak terkecil. Tetapi kondisi "yg bagaimana gitu" mengharuskan saya untuk menjadi anak pertama. Its okey. Tidak masalah. Karena dengan menjadi anak pertama saya menjadi lebih dewasa dari kakak perempuan saya, yang lahir sebagai anak ke 2. Kami ber 3 saudara. Yg pertama laki-laki. Saya bersyukur bahwa saya tidak harus lelah mencari jati diri. Karena di banyak kisah kehidupan tidak sedikit yang tertatih-tatih mencari jati diri, ketika tahu bahwa "kami" hanya anak angkat. Entah karena saya mendapat kasih yg sesungguhnya dari ortu yang mengadopsi, menjadikan saya tidak sentimentil ketika bertemu dg kakak2 kandung. Dari pengetahuan bahwa saya hanya anak adopsi, saya berusaha untuk tidak mempermalukan keluarga yang mengadopsi. Apalagi yang mengadopsi saya bukanlah kerabat dari pihak ayah atau ibu biologis. Mereka benar2 orang lain yang berbelas kasihan. Dari usia yang terus bertambah dan ilmu pengetahuan dari sekolah, saya sekarang lebih suka mengatakan kata "biologis" daripada "kandung". Sepertinya biologis lebih "sopan" untuk ortu yg mengadopsi saya.

Senin, 15 Maret 2010

Mengetahui jati diri

Dari perbincangan dg teman itu, kami yg ternyata bersaudara kandung bisa bertemu. kami bertemu di rumah makan yg sama. Ada hal yg tidak biasa yg saya temui di pertemuan, yaitu bahasa. Mereka terbiasa dg bahasa Mandarin. Sedang saya,tidak mengerti. Hahaha. Saya "memprotes" nya, pake bahasa daerah saja, saya katakan pada mereka. Dari pertemuan itu, saya akhirnya tahu "siapa saya?" Tetapi karena (mungkin) usia yg sudah 17 tahun, membuat saya tidak terharu. Logika lebih berperan. Saya katakan bahwa saya berterimakasih karena "diakui". Terimakasih juga karena "dicarikan" ortu yg baik, yg menyayangi saya layaknya anak kandung. Bukannya ingin menjadi "anak durhaka", tetapi kenyataan bahwa TIDAK ADA SEORANG ANAK YANG MINTA DILAHIRKAN, saya katakan sejujurnya, bahwa saya tidak akan mampu menyayangi "mama" seperti mereka menyayangi mama. Saya menghormati beliau sebagai IBU, namun pengabdian sebagai anak tetap untuk "mami". Ini rencana Tuhan. Tidak perlu ada saling menyalahkan, atau tuntutan. Kita sudah bukan anak2 lagi. Tidak ada kemarahan dalam diri saya. Tidak pertanyaan "mengapa dibuang?"

Senin, 08 Maret 2010

3 anak

Ini foto ke 3 anak yang Tuhan titipan pada saya. Mereka bernama Hans Christian Kurniawan, Stefanie Kurniawan, Larasati Kurniawan.

Minggu, 07 Maret 2010

awal kehidupan

Ketika mendaftarkan diri ke blog niat saya adalah untuk berbagi cerita. Cerita tentang bgmn saya menyadarkan dan berusaha berdamai dg diri sendiri. Seru juga rupanya kehidupan yang saya alami. Jadi saya berkeinginan menjadi mentor bagi diri sendiri. Tidak pernah ada seorang anak yang minta dilahirkan. Yang ada orangtua lah yang meminta anak pada Tuhan. Saya suka bercanda dg anak2, kata saya, jika saja kalian boleh memilih ortu, pastilah tidak akan memilih kami sbg ortu. Pastinya....begitu anak2 menjawab. Dan kami tertawa bersama. Hidup. Kata itu menjadi sangat ajaib ketika kita sakit. Itu yg diharapkan oleh keluarga. Tetapi ketika ada embrio yang tetap bandel menjadi bayi, belum tentu kata Hidup yang diinginkan keluarga. Itulah yang kurang lebih terjadi pada diri saya. Cerita ini saya mulai dari berita tentang seorang teman yang kebetulan bertemu di sebuah rumah makan. Pada suatu malam minggu, di tahun 1984, ada kawan yang berultah. Ketika kami sedang bersantap, ada serombongan lain yang masuk ke rumah makan yang sama, termasuk teman tsb. Tidak ada yang istimewa pada saaat itu. Dua hari setelah bertemu di rumah makan, teman tsb menelepon saya. Dia mengatakan bahwa ada yang ingin ketemu dg saya. Siapa? Kakak. Kakak yang mana? Setahu saya, saya anak pertama.