THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 18 April 2011

Kemampuan Mentertawakan Diri Sendiri

Saat ini, saya sering berpikir untuk mampu menganalisa diri sendiri. Usia yang sudah tua tentunya sangat berpengaruh pada cara kita menilai dan di nilai orang lain. Jika ketika anak-anak kita biasa mendengar orangtua menasehati kita agar berkelakuan baik, maka setelah tua rasanya kita tidak enak jika diharuskan berkelakuan "baik". Ada ketersinggungan yang terasa bilamana kita ditegur. Oleh karena itu, saya saat-saat sekarang selalu berusaha "mentertawakan" diri agar semakin tahu apa kekurangan yang ada pada diri sendiri. Sangat banyak ternyata yang perlu saya tertawakan pada sifat yang ada di diri sendiri. Keegoisan diri, rasa menjadi orang yang sudah baik, sulit menerima kelakuan orang lain yang menurut kita tidak sama, dll. Intinya adalah bahwa saya masih jauh dari "baik".

Rabu, 23 Maret 2011

Ulang Tahun

Jumat 18 Maret 2011 adalah ultah aku yang ke 44. Bukan usia muda lagi. Tubuh pun sudah mulai beberapa kelemahan yang manusiawi. Hari itu saya memutuskan untuk ke Bandung mengantar mami dan Acil (anak) ke dokter. Sengaja aku pergi. Bukan untuk menyenangkan diri sendiri. Tetapi untuk menghindari ucapan ultah dari suami sendiri. Aneh rasanya ya? Saya sendiri malah bingung dengan diri sendiri. Apa yang sebenarnya saya mau dalam pernikahan ini? Ambang kemanusiaan saya dibatas jurang. Entah dengan logika.
Hari itu saya menikmati suasana makan siang baru, karena makan di sebuah hotel bernama DEjadul. Mahal sih. Tapi tak apalah, kan ulang tahun. Hahaha.
Yang pertama ngirim sms ultah adalah Yoyong. Lalu Lina. Malah romo Darman menyempatkan telepon langsung. Suami lebih siang. Tapi ya itu juga lumayan lah. Hahaha.
Apa sih arti ulang tahun untuk saya? Sepertinya tidak ada. Buat saya, setiap hari adalah sama. Menjadi lebih baik, itu adalah keinginan. Tetapi sulit menjalaninya. Rasa marah sering ada.

Kamis, 03 Februari 2011

Imlek

Tahun 2011 Imlek jatuh pada hari Kamis 3 Peb. Rabu malam saya, suami, Dela (anak ke dua) pergi ke rumah keluarga besar di Jl. Ciheudeung. Disana sudah berkumpul 5 kakak suami dan anak serta cucu yang bisa datang. Ejekan dalam hati saya melihat bahwa yang mengumpulkan kami adalah kakak perempuannya yang no 3. Dalam tradisi Cina (apalagi ke"cina" an suami lebih kental dari ke "cina"an saya) sangat menghargai tinggi anak laki2 pertama dalam keluarga. Yang terjadi di keluarga suami sungguh ironis. Laki2 yang harusnya menjadi perwakilan orangtua mereka yang sudah meninggal, malah tidak hadir di acara itu. Saya secara pribadi memang SANGAT TIDAK MENYUKAI kakak laki2 suami yang paling besar. Namanya SALIM SUGANDA. Sangat jauh dari sikap sebuah tanggung jawab untuk setiap perilaku dan tindakannya. Coba bayangkan, adiknya yang perempuan-lah yang mengajak makan malam bersama. Syukur pada Tuhan bahwa suami memiliki anugrah dari Tuhan yaitu diberikannya seorang kakak ipar laki2 yang kaya, baik, mau menerima keluarga istri yang berantakan secara tulus. Sehingga DIA lah yang menjadi tuan rumah pada setiap malam Imlek. Iparnya itu bernama LIM TUNG LIONG. Sangat berantakan jika saja tidak ada cihu. Tapi mungkin juga seandainya suami tidak punya cihu sebaik dia, saya tidak akan merasa terperangkap dalam pernikahan ini. Hahahaaaaaa. Karena keluarga saya akan tahu dengan benar, bahwa kekayaaan yang ada pada nama besar TRIJAYA adalah semu, karena yang kaya adalah iparnya itu. Tetapi karena sikap low profile dari cihunya ini malah menjadikan meningkatnya kesombongan kakak2nya. Menjadikan kekayaan si cihu adalah kekayaan mereka. Hahahahaaaaa.
Besoknya pas Imlek, ketika datang ke rumah kakak laki2 aku, ada lagi kejengkelan yang lain. Wan Cien dengan seenaknya mengatakan bahwa lokasi SMAK Tasikmalaya memancing penyakit kanker. Dengan mempunyai bukti hanya dua orang anak yang bersekolah di sana terkena penyakit kanker dan sekarang masih dalam usaha pengobatan di Singapura. Saya jengkel sangat mendengar dia mengatakan itu di hadapan anak yang pertama yang akan masuk sekolah di sana pada tahun ini. Anak yang memang mempunyai sifat sombong (turunan banyak dari suami) seenaknya saja menimpali infomasi tersebut dengan mengatakan:" tah mah kudunya ke Bandung". Heran saya dengan anak2 perempuan saya yang sangat tidak menyadari posisi keuangan ayah mereka, yang secara harwiah tidak memiliki warisan. Karena keserakahan oom mereka sendiri. Salim Suganda memang tidak pernah merasa harus membagi jatah warisan dengan adik2nya. Saya saja yang hanya anak angkat punya warisan, masa anak kandung tidak punya? Miskin sekali kan mertua saya itu? Jika saja tahu dari dulu, ngak bakalan saya menikah dengan suami. Hahahhahaaaaa. Karena saya kan tidak jelek2 amat, jadi untuk mendapatkan laki2 yang "berduit" rasanya tidak terlalu sulit. Uihhhh sombongnya. Percaya diri tahu!!!!!! hahahhahahhaaaa.
Kejengkelan saya pada kakak laki2 sendiri memicu ucapan sumpah serapah dalam hati, yang keluar dari mulut saya adalah "kematian memang akan dialami oleh semua orang", jadi ya terserah Tuhan saja. Mereka yang sekarang anak2nya terkena kanker adalah orang2 yang secara financial mampu. Secara moral pada sesama? Masih suatu pertanyaan besar. Penyakit tidak datang hanya karena kita salah pola makan atau lingkungan yang buruk saja, tetapi Tuhan banyak pula melibatkan diri. Kenapa kita selalu berusaha mendapatkan MUJIZAT, jika kita percaya bahwa hidup dan mati adalah HAK PREROGATIF TUHAN? Pada zaman ini, ketika kiamat sudah sangat sering diramalkan, diperbincangkan, kita sebagai manusia haruslah mampu menyadari bahwa ada waktunya untuk mati. Tuhan tidak akan memberi penyakit yang serius jika ada banyak tugas yang memang harus kita lakukan di dunia sebelum kita mati. Melihat banyaknya kasus kanker yang menimpa manusia belakangan ini, saya mencoba untuk memahami KEHENDAK TUHAN. Di dalam setiap bacaan Alkitab, saya melihat bahwa Tuhan memang mempersiapkan manusia untuk hal yang baik dan buruk. Seperti di semua ciptaanNYA, Tuhan menunjukkan dua hal. Ada siang dan malam. Darat dan Laut. Kehijauan dan Padang gurun. Yang baik seperti Habel, jahat seperti Kain. Ada kaya ada miskin. Ada yang beriman seperti Ayub yang tetap dicobai Tuhan, bahkan Tuhan Yesus sendiri dicobai oleh setan. Jadi disini saya belajar untuk mengiklaskan kehendak Bapa di Surga. Jika memang penugasan saya sudah selesai saya pasti harus mati. Demikian juga dengan anak2 saya. Apalagi dengan konsep bahwa perbuatan kita akan mendatangkan karma bagi diri kita, pastilah penyakit itu datang bukan hanya semata-mata lingkungan dan pola makan. Tapi dari setiap tindakan dan ucapan kita pada sesama.

Selasa, 01 Februari 2011

Tanggung jawab seorang ayah

Pagi ini saya memulai dengan kesumpekan perasaan. Jengkel bahwa laki2 yang saya nikahi ternyata kurang respek bersikap sebagai seorang ayah. Dari Sabtu tgl 29 Jan 2011 anak laki2 saya flu, badannya rada panas. Saya seperti biasa merawat dia semalaman. Minggu pagi kondisinya membaik. Hanya karena pileknya tidak keluar, saya membawanya ke dokter. Minta obat yang membuat pileknya keluar. Anak itu juga diberi antibiotik. Masuk ke hari Selasa flunya masih ada, juga batuknya. Suami menganjurkan agar dia memakan obat dari Dr.Kelly. Tapi anaknya tidak mau. Saya benar2 diambang kepusingan yang entah mengapa saya rasakan akan sulit untuk diakhiri. Ahhhhhh, bukan karena anak yang sering sakit yang membuat saya jengkel. Bukan pula kondisi keuangan yang membuat saya pusing. Tapi lebih pada sikap, perbuatan dan bicara suami yang jauh dari simpati, atau sikap menyenangkan dalam hal mengelola perasaan orang lain. Rasanya bosan dengan pernikahan ini. Mungkin jika anak2 besar, saya berniat untuk bercerai. Dengan sifat suami yang seperti ini, saya pesimis bahwa dia akan berubah.

Senin, 10 Januari 2011

Ibu Nani Guru SD Bina Bakti Tasikmalaya

Pada hari Jumat 7 Januari 2011 Ayang mengatakan bahwa menurut bapak kepsek nya Ibu Nani masuk ICU di RS.TMC. Saya langsung telp ke Rs tsb menanyakan jadwal kunjungan. Ternyata sudah terlambat setengah jam. Jam kunjungan antara 10-12 siang, aku telp jam 12.20. Aku menghubungi pa Widodo (Kepsek BPK) lewat sms, menanyakan keadaan Ibu Nani. Pa Wid malah langsung telp ke hp saya, dan menyatakan bahwa sebaiknya langsung saja nengok sekarang karena melihat kondisinya sudah sangat parah. Karena sudah terlambat untuk sesi ke 1 jadwal besuk, aku memutuskan untuk menengok pada sesi ke 2, jam 5-7 malam. Jumat adalah hari dimana aku biasa ke gereja. Jadi aku ambil putusan untuk ke gereja langsung setelah menengok Ibu Nani. Jam 5 sore aku dan Ayang datang ke RS.TMC langsung ke ruang ICU nya. Ketika masuk, aku sungguh kaget melihat keadaan Ibu Nani. Matanya sudah naik ke atas, sehingga yang terlihat hanya yang warna putihnya saja. Gigi yang tertarik keatas semakin membuat miris hati ini. Air mata tidak bisa saya bendung. Yang ada menunggu adalah suaminya, Ko Cucu. Saya minta ijin pada suaminya untuk berdoa. Di dalam hati, saya berdoa menguatkan Ibu Nani untuk sembuh, demi anaknya yang masih sangat memerlukan bimbingannya. Anak Ibu Nani ada dua orang, ke dua nya perempuan. Yang pertama kelas 8, dan yang ke dua kelas 4. Yang ke dua ini satu kelas dengan Acil, anak saya yang terkecil. Saya tidak mampu bertahan lama di sana, yang tadinya saya pikir akan menghabiskan waktu 30 menit, sehingga saya merencanakan untuk langsung ke gereja ternyata hanya 15 menit saya di ruang ICU tsb. Saat itu saya memberi bantuan uang 1 juta rupiah. Dari sana saya ke rumah lagi. Ke gereja bersama anak2. Di gereja, Acil malah punya keinginan untuk meminta intensi misa. Darurat saya membuat intensi misa untuk Ibu Nani. Doa saya tetap sama, yaitu mengharap mujizat kesembuhan untuk Ibu Nani. Tetapi Tuhan punya rencana lain, Ibu Nani meninggal pada hari Minggu 9 Januari pada jam 12.20 tengah malam. Pas masuk ke hari Minggu dini hari saya mendengar kabarnya. Selamat jalan Ibu Nani. Terimakasih untuk segala jasa Ibu pada anak2 saya, maafkan kami bila ada banyak kesalahan.

Rabu, 29 Desember 2010

Liburan yang Mengecewakan

Sebenarnya liburan ini sudah direncanakan. Saya sudah mencari hotel2 di sekitar Puncak Bogor melalui internet. Sayang sekali apa yang ada di gambar ternyata tidaklah sebagus yang ada pada kenyataannya. Hotel yang kami tuju benar2 jelek. Hotel itu sebenarnya baik jika saja diurus. Lokasinya luas, hanya saja kurang pegawai. Sehingga tempatnya jadi kumuh. Anak yang terbesar marah2 tidak karuan. Saya yang memang juga jengkel, tambah jengkel. Ayang memang "tinggi" sifatnya. Sama dengan keluarga ayahnya. Dia selalu membandingkan dengan hotel yang dia anjangi di Singapore. Sampai2 anak saya yang terkecil dengan spontan mengatakan: "baru pergi sekali aja ke Singapore sudah sombong, apalagi kalau sering". Hehehehe, saya bisa tersenyum mendengar komentarnya. Di hotel Parama itu kita hanya satu malam. Langsung dari sana kita ke taman safari, dan jam 2 siang keluar dari taman safari, kebetulan hujan, langsung ke Bandung. Saya dari Puncak sudah meminta pertolongan dari beberapa teman, untuk mencarikan no telp hotel di Bandung. Kami mendapat hotel Amaris. Hotel baru yang berada di jl. Cimanuk. Itupun hotel dengan susah payah baru diperoleh. Hotel di Bandung penuh2. Banyak yang saya telp, tapi rata2 mengatakan sudah fullbooking. Deg2an juga waktu dalam perjalanan menuju Bandung, takutnya hotel itu jelek. Wah si Ayang pasti ribut lagi. Saking tidak mau kemalaman datang di Bandung, sampai2 saya memutuskan untuk tidak makan di tol. Dan ini satu kesalahan pribadi yang harus saya bayar dengan sakitnya Acil di hari ke 3. Saya benar2 menyesal. Tiba di Bandung jam 5.30 sore. Untungnya hotel itu tidak sejelek hotel di Puncak, walaupun tidak juga bagus2 amat. Tapi lumayan lah, daripada si Ayang manyun. Besok paginya kita main ke Kampung Gajah. Nah sepulang dari sana Acil mulai menunjukan gejala sakitnya, dibawa makan tidak selera. Muntah2. Semalam saya tidak tidur dengan nyenyak. Cape juga otak ini menyusun rencana agar 2 dokter bisa diraih. Akhirnya dengan kebijaksanaan ibu Dewi dokter psikologi anak2 saya menyusun rencana, bahwa 2 anak perempuan saya konsultasi pagi2. Saya dan Acil ke dokter Kelly. Untungnya dr Kelly praktek. Acil sembuh sampai di Tasik. Jadi liburan tahun 2010 inilah yang terburuk yang saya alami.

Minggu, 14 November 2010

Capenya Menikah

Jumat, 12 Nop 2010, anak2 SD Bina Bakti Tasikmalaya mengadakan tour ke Bandung. Aku ikut mengantar, karena anak laki2 aku termasuk dalam acara tour itu. Berangkat dari Tasikmalaya, jam 5.30 pagi. Anak2 menggunakan bus pariwisata. Ada 2 bus, yang berangkat adalah anak kelas 3 dan 4. Cuaca menuju Bandung tidak terlalu baik. Kadang panas, tapi tiba2 hujan yang membuat mobil menjadi kotor. Tujuan tour ini ada 3 tempat, pertama ke Padepokan Dayang Sumbi yang mengelola ulat sutra. Lalu dilanjutkan ke museum Asia Afrika di Gedung Merdeka, terakhir ke BSM. Datang ke Tasikmalaya jam 10 malam.
Karena hujan yang tidak teratur membuat mobil kotor, dan besok paginya aku juga harus menghadiri acara pernikahan sepupu, aku punya inisiatif untuk mencuci mobil pada pagi hari, sebelum aku gunakan lagi. Karena itu di jalan aku menyuruh supir untuk mencuci mobil dengan bantuan pegawai yang memang sudah biasa mencuci mobil.
Keesokan harinya, Sabtu 13 Nop 2010 supir datang jam 5.30 pagi, tidak lama kemudian datang pegawai yang biasa mencuci mobil. Mobil lalu mereka cuci.
Selesai 6.30, lalu di lap di depan toko. Saat itu suami bangun dari tidurnya, melihat ke layar cctv, dia marah besar karena sopir sedang me lap mobil. Aku benar2 syok ketika itu, karena aku merasa bahwa aku sudah cukup mengerti tentang sifatnya yang sangat apik terhadap mobil. Jadi mencucikan mobil itu pun tidak dilakukan oleh supir sendiri, tetapi dibantu pegawai yang biasa. Dia marah luar biasa, teriak2 tidak aturan. Caci maki. Dia mengatakan bahwa dia tidak suka dengan supir itu. Padahal, seingat aku dia yang menyuruh mengontak supir itu dahulu. Dengan sifat yang dimilikinya, dan waktu pernikahan kami, tentunya aku sudah cukup tahu bagaimana dia menganggap mobil bukan sebagai alat transportasi, tetapi jauh lebih penting dari istrinya. Jadi mana mungkin aku berani mencari sendiri supir untuk mengemudikan mobilnya. Jika saja aku boleh berhitung untung rugi tentang mobil, aku punya mobil kerja sewaktu aku masih jualan sembako yang sekarang mobil itu digunakan untuk mengangkut barang jualan kami, keramik. Mobil yang tadinya box, lalu diubah menjadi bak terbuka. Aku tidak protes. Aku menyadari bahwa mobil itu harus dirombak, karena mobil colt bak terbuka yang kami miliki terpaksa dijual untuk menutupi kekalahannya di bursa saham 2008. Tetapi rupanya buat seorang Stefanus Kurniawan, apa yang dimilikinya bukanlah milik aku, tetapi sebaliknay, milik aku adalah milik dia. Hebatkan suami seperti ini? Hahahahahahahahahahahaha
Aku tentunya menangis ketika kejadian itu, aku bilang padanya, "hampura (artinya maaf), aku tidak bermaksud untuk jelek, aku hanya ingin agar mobil yang kotor itu menjadi bersih ketika akan dipakai pada acara resepsi pernikahan sepupu aku.
Aku sering berpikir tentang perceraian akhir2 ini. Aku tahu ada hal yang harus aku rencanakan dengan matang sebelum perceraian itu terjadi. Terutam tentang masalah keuangan. Aku bukan orang tolol yang tidak mengerti tentang cara2 mengajukan tuntutan perceraian yang bisa menguntungkan untuk pihak aku. Tetapi aku harus berada di pihak yang "benar" jika ingin hasil putusan itu menguntungkan aku.
Satu lagi karunia Tuhan buat aku, AWET MUDA. Di usia menjelang 45 tahun, aku benar2 menyadari bahwa aku tetap awet muda. Banyak orang yang mengira bahwa aku berusia 35-38 tahun. Syukur pada Allah. Padahal jika saja aku berpikir dengan logika, seharusnya dengan kepusingan yang luar biasa dalam pernikahan ini, aku cepat tua, tetapi sebaliknya lah yang terjadi. Dan aku memang menyadari dengan sungguh, itulah BERKAT dari Tuhan buat aku. Terimakasih Tuhan. DAn keawetmudaan ini akan aku pergunakan dengan baik. Tidak untuk hal yang negatif.