THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 20 Juli 2010

Kecelakaan Kerja yang Membuat Marah

Saya sudah tulis bahwa suami bukanlah orang yang penyabar. Jauhhhh dari sifat belas kasih. Makanya sudah tidak aneh bila melihat dia marah2. Tetapi sifat pemarah memang mempunyai faktor keturunan. Tidak percaya? Inilah pengalaman saya hari ini, Selasa 24 Juli 2010. Tadi jam 11 siang saya pergi ke warteg cihideung, pegawai di sana mengeluhkan suasana yang tidak menyenangkan karena dari tadi pagi sudah dibuat pusing oleh amarah Yoyong (keponakan suami/ anak kakak perempuannya). Yoyong marah karena pegawai (Heri) sedang ke pasar membeli bahan untuk memasak, sedangkan istri dan anaknya hendak pergi dan memerlukan bantuan Heri untuk mengantarkan mereka. Heri sebenarnya bukan pegawai Yoyong, tetapi dia memang pegawai yang udah lama. Dia digaji oleh warteg. Yoyong tidak mau mengerti kalau yang namanya pergi ke pasar itu tidak bisa ditentukan waktunya. Yoyong ngotot untuk mengetahui jam berapa Heri pulang. Setelah kembali ke rumah, bagian suami yang marah2. Dia marah karena kecelakaan kerja yang dilakukan oleh supir angkutan yang membawa barang. Supir itu menabrak keramik senilai Rp. 660.000. Yang bikin saya heran, suami telp dengan supir itu dan men deal kan untuk membagi 2 kerugian tsb. Seharusnya jika memutuskan sendiri seperti itu kerugian yang Rp 330.000 adalah tanggung jawab suami. Tetapi ini malah dibebankan pada pegawai. Suami sama sekali tidak mempunyai rasa sayang pada karyawannya. Jadi sangat tidak aneh jika tidak ada karyawan yang setia pada dia. Tadi juga Ayang memerlukan obat flu. Obat tersebut seharusnya dibeli ke apotek yang jaraknya jauh dari rumah. Saya maunya dibelikan oleh supir, tetapi memakai motor, ternyata motornya sedang dipakai oleh karyawan yang lain yang pergi ke gudang. Seharusnya karena untuk kepentingan anaknya supir langsung pergi pakai mobil, begitu mau saya, tetapi yang terjadi adalah dia menyuruh supaya supir pergi dengan memakai motor pribadinya. Tentunya saya tidak mau seperti itu. Tidak etis rasanya. Jadinya saya menyuruh pegawai dapur untuk mencari ke apotek lain. Inilah pengalaman saya mempunyai suami. Saya ingin melihat sampai kapan kesadaran untuk mengasihi orang2 yang menolongnya akan suami dapat. Masihkah saya mampu untuk melihatnya?

0 komentar: