THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 22 September 2010

Ramalan seorang Banthe (Pendeta Budha)

Saya beragama resmi Katolik, dan tidak menyukai sesuatu yang berbau ramalan. Bagi saya ramalan bukanlah hal menjadi pijakan dalam hidup. Hanya sesuatu yang bisa menenangkan jika baik, dan yang menakutkan jika tidak baik. Jadi ketika saya bertemu dengan seorang banthe di rumah seorang sahabat, saya tidak terlalu agresif. Saya datang atas undangan dari teman itu. Ketika bertemu, saya dilihat garis tangan oleh beliau, dan banthe itu mengatakan bahwa saya akan menjadi kaya jika berbisnis makanan. Saya katakan bahwa saya tidak bisa masak. Tetapi banthe itu tetap menganjurkan untuk membuka rumah makan, karena kata banthe saya orang yang sangat suka membagi makanan pada orang lain, sehingga hoki saya pun dari makanan. Saya akui apa yang banthe katakan, bahwa saya orang yang senang berbagi. Bukan niat untuk menyombongkan diri, tetapi saya tidak termasuk orang pelit. Bagi saya, mudah sekali untuk merasa kasihan pada orang lain. Sering menangis ketika melihat acara di televisi yang menyuguhkan tentang realita hidup orang miskin. Saya sering berpikir, apakah para anggota DPR, atau pemerintahan tidak pernah melihat acara2 tersebut? Tidakkah hatinya merasa sedih melihat ada banyak rakyatnya yang susah? Saya geleng2 kepala sendiri jika melihat tingkah polah aparat pemerintahan negeri ini. Urat malu mereka sudah putus sama sekali. Mereka tidak malu memakai fasilitas negara yang dibayar oleh uang rakyat, sementara ketika mereka memakai kendaraan itu mereka melihat anak2 pengemis yang menadahkan tangannnya untuk uang Rp.500. Benar2 sesuatu yang ironis. Tetapi di berita2 tv, walaupun sudah sangat sering di angkat oleh para wartawan tentang kemiskinan itu, para pejabat negara ini tidak ambil pusing. Mereka benar2 tutup mata hati mereka!!!!!!
Kembali pada ramalan banthe, saya dan teman itu bersepakat untuk kerjasama membuka rumah makan, walaupun kami berdua sama2 tidak bisa masak. Kami bertekad hanya karena ramalan. Hahahhahahhaha......
Sayang sekali ketika saya bermaksud meminjam ruko yang dimiliki suami, dia menolak meminjamkan. Padahal ruko itu didapat dengan terpaksa, karena ruko itu dibeli sebagai konsekuensi tidak dibayarnya utang bangunan. Jadi ceritanya, suami saya menjadi developter ruko, tetapi macet di tengah jalan. Jadi uang kami tidak kembali, akhirnya terpaksa ambil ruko. Sebenarnya suami ingin menjual ruko tsb, tetapi belum ada yang mau. Mudah2an dengan tulisan di blog ini ada orang yang mau membeli ruko tsb. Ruko itu terletak di tengah kota. Cocok untuk ruang usaha. Bahkan untuk praktek dokter pun bagus, karena mempunyai tempat parkir tersendiri. Saya sakit hati sebenarnya ketika saya mengutarakan keinginan untuk berbisnis rumah makan, suami malah menghina, meng goblok2 kan diri saya. Jadi jauh dari sebuah dukungan.
Akhirnya tidak jadilah saya bekerjasama membuka rumah makan.
Lalu waktu berputar, suami kehilangan banyak uang di bursa saham. Dia tidak bisa tidur hampir satu bulan. Suami memakai uang bank ketika main saham itu, dengan memakai sertifikat tanah atas nama saya. Tanah itu memang milik keluarga mami saya. Entah tahun berapa saya lupa, tanah itu dijual dengan nilai Rp.150 juta. Karena tanah itu milik keluarga, akte jual belinya berupa hibah. Suami membayar 3/4 dari harga, karena yang 1/4nya adalah bagian mami saya, yang oleh beliau langsung diwariskan pada saya. Suami menggadaikan tanah tsb ke bank senilai Rp.800 juta (katanya, karena saya tidak pernah dilibatkan). Nah uang itulah yang dipakainya bermain saham. Sebelum kejatuhan saham sedunia, saya yang mengenyam pendidikan sebagai sarjana ekonomi (yang sering di hina oleh suami karena saya hanya kuliah di Univ tidak ternama di kota kami, Tasikmalaya), sudah memberitahukan bahwa sebaiknya dia mengambil semua saham2 nya karena akan ada pemilihan umum. Saya waktu itu berpikir untuk pemilu lokal, negara sendiri. Bukan pemilu di USA. Kembali hinaan yang saya terima. Saya di goblok2. Tetapi rupanya Tuhan tetap ingin menaikkan derajat kemanusiaan saya, si "tolol" ini kembali benar, bahwa bursa terpuruk!!!
Di tengah keterpurukannya, suami tidak bisa tidur. Dia pasti pusing dengan uang bank yang dia pakai. Bunga bank tinggi waktu kejadian itu. Dia meminta saya untuk menelepon kakak laki2 saya agar membeli tanah yang di simpan di bank. Kakak laki2 saya yang satu keturunan langsung tidak merespon telp saya. Saya jelas sakit hati pada dia waktu itu. Saya mencoba meng sms, dan tetap tidak ada respon. Lalu saya menawarkan untuk meminta bantuan cihu (panggilan untuk kakak ipar laki2)nya, karena sudah tidak ada jalan lain akhirnya dia menelepon cicinya (kakak perempuannya no 3), agar diberi waktu untuk berbincang. Respon mereka baik. Mereka menyuruh kami datang malam hari. Saya tidak ingat tanggal berapa, tapi saya tidak pernah akan melupakan malam itu. Saya yang harus bicara dengan cihunya. Maka saya memulai kalimat pembuka bahwa kejadian ini terjadi karena KESOMBONGAN. Dan suami sekarang kehilangan kesombongannya karena tenggelam di bursa. Inti dari pembicaraan malam itu, kami diberi bantuan 1,1 M untuk bisa melanjutkan hidup. Saya sungguh salut dengan cihu. Dia benar2 orang baik. Bahkan cihu menyuruh istrinya untuk segera mengambil uang Rp.800 juta agar bisa mengambil sertifikat di bank. Tetapi malah cici nya yang keberatan, karena mau menolong dengan uang arisan. Bukan dengan uang kontan. Hahahahahha. Ironis ya?
Saya tutup tulisan ini di sini, besok atau lusa saya kembali akan menulis. Saya sudah cape menusuk-nusuk tuts laptop. Hahahahaha

0 komentar: